Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham

Sebagian besar dari kita pasti sering atau setidaknya pernah mendengar atau memperbincangkan istilah tingkat suku bunga bank, entah itu melalui televisi, radio, ketika berkunjung ke bank, papan pengumuman, atau media online lainnya. Dan yang paling pasti jika Anda ingin mengajukan pinjaman uang ke bank atau lembaga finansial entah itu untuk kebutuhan primer atau pun sekunder pasti Anda akan dihadapkan dengan besaran yang namanya tingkat suku bunga.
Pengaruh Suku Bunga Terhadap Harga Saham
Pengaruh Suku Bunga Terhadap Harga Saham

Dan jika sekarang ini Anda sudah berkomitmen untuk menjadi seorang investor saham atau pun trader saham maka wajib tahu mengenai pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham itu sendiri. Dan Anda wajib memahami bagaimana secara fundamental suku bunga mampu mempengaruhi pergerakan harga saham.
Lihat Tingkat Suku Bunga

Perlu dipahami bahwa tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap harga mata uang dan bisnis. Untuk pengaruh tingkat suku bunga terhadap pergerakan harga mata uang maka Anda bisa membaca tulisan pengaruh suku bunga terhadap pasar forex. Sedangkan pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham akan kita bahas secara detail disini.

Di US tingkat suku bunga diatur oleh The Federal (FED) Reserve yang merupakan organisasi independen yang bertugas mengatur supply uang dan kebijakan ekonomi negara nya. Di masing-masing negara yang ada di dunia ini juga mempunyai semacam The FED yang mempunyai kebijakan menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga.

Di negara kita, Indonesia, Bank Indonesia (BI) mempunyai wewenang melakukan hal ini yaitu menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga.

Nah sekarang kita sudah tahu lembaga mana yang bertugas mengatur tingkat suku bunga. Dan kini saatnya kita bahas mengenai pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham.

Besarnya tingkat suku bunga selalu berubah-ubah dan tidaklah selalu tetap (flat) dan pengetahuan dasar ini harus kita pahami terlebih dahulu.

Kenapa tingkat suku bunga selalu berubah-ubah?

Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia mempunyai kebijakan menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga dengan tujuan mengatur tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Tanpa adanya kendali dari BI akan tingkat suku bunga mungkin akan banyak sekali sistem keuangan yang ada mengalami keruntuhan karena adanya market bubble.

Ketika tingkat suku bunga dinaikkan maka sebuah bisnis akan mengalami kesulitan dan lebih rentan. Hal ini disebabkan karena bisnis-bisnis tersebut tidak dapat lagi meminjam uang dengan harga yang murah dan pantas. Dan hal ini akan mempengaruhi besarnya profit yang akan didapat terutama bagi mereka yang mempunyai hutang banyak.

Kemungkinan harga saham perusahaan akan mengalami penurunan atau koreksi ketika pemerintah melalui BI menaikkan tingkat suku bunga. Hal ini dikarenakan perusahaan yang mempunyai banyak hutang akan meningkat beban perusahaannya yang pada akhirnya akan mengurangi profit yang telah mereka peroleh. Dan beban perusahaan yang meningkat ini diakibatkan karena semakin besarnya hutang yang harus dibayar oleh perusahaan tersebut akibat kenaikan tingkat suku bunga :)

Hanya perusahaan yang kuat saja yang mampu bertahan ketika tingkat suku bunga dinaikkan yaitu mereka yang mempunyai tingkat hutang yang sehat. Profit mereka tetap akan datang dan hanya dipengaruhi oleh strategi bisnis tanpa harus pusing memikirkan pembayaran hutang yang meningkat akibat tingkat suku bunga. Dan hal ini adalah salah satu prinsip yang diajarkan oleh para investor tingkat dunia (Warren Buffet) ketika akan memilih saham perusahaan yaitu pilihlah perusahaan yang mempunyai tingkat hutang wajar dan tidak berlebihan.
Lihat BI Rate

Jika Anda masih bingung mengenai tingkat suku bunga terhadap beban perusahaan mungkin ilustrasi berikut bisa membantu.

Anggap saja Anda adalah sebuah perusahaan dan berminat mempunyai sebuah rumah dengan sistem KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Ketika menggunakan sistem ini tentu Anda perlu membayar bunga terhadap pemberi hutang.

Anggap saja harga rumah yang akan dibeli sebesar 200 juta Rupiah dengan tenor 5 tahun besarnya bunga yang harus dibayar 0.5% per bulan yang berarti sebesar 1 juta Rupiah. Bunga 0.5% ini bersifat flat selama 2 tahun pertama karena ini adalah promosi dari pemberi pinjaman.

Setelah 2 (dua) tahun bunga yang harus Anda bayar mengikuti tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh BI. Dan ternyata menginjak tahun ketiga bank yang memberi Anda pinjaman tadi menaikkan suku bunga pinjaman nya katakanlah dari 0.5% menjadi 0.7% setiap bulannya akibat BI menaikkan tingkat suku bunga.

Akibat kenaikan suku bunga ini maka pengeluaran Anda akan semakin membesar pula, yang semula Anda hanya membayar bunga pinjaman sebesar 1 juta Rupiah maka pada tahun ketiga ini Anda harus membayar bunga pinjaman sebesar 1,4 juta Rupiah yaitu naik 40%.  

Dan hal ini juga berlaku terhadap perusahaan yang mempunyai hutang kepada bank sebagai pemberi pinjaman bukan hanya kepada Anda yang sedang mengambil KPR :) tadi. Akibat kenaikan bunga pinjaman maka pengeluaran bulanan Anda pun akan mengalami kenaikan begitu juga dengan perusahaan yang berhutang.

Selanjutnya bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham jika ternyata BI menurunkan tingkat suku bunganya. Yang jelas profit atau keuntungan yang akan dihasilkan oleh saham yang perusahaannya mempunyai banyak hutang akan semakin bertambah karena hutang telah menjadi leverage bagi mereka.

Harga saham mereka pun akan dilirik karena profit terus bertambah sehingga harga saham pun kemungkinan akan mengalami kenaikan.

Dan kemungkinan perusahaan akan semakin banyak mengambil hutang karena harga uang yang ditawarkan semakin rendah dan layak dipinjam untuk menjalankan bisnis mereka tetapi tentunya dengan strategi yang oke pula.

Dan sentimen positif ini adalah sebuah tanda yang dapat kita gunakan sebagai indikator waktu yang tepat untuk mengakumulasi saham.

Tetapi harus diingat bahwa perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang mampu menghasilkan profit konsisten naik dan tentunya dengan tingkat hutang yang wajar (hal ini akan kita bahas di bab tersendiri ya).

Dan banyak sekali contoh kegagalan bisnis yang diakibatkan oleh tidak adanya kendali atas hutang yang sebagian besar diyakini sebagai daya ungkit (leverage) keuntungan terutama ketika Anda berkecimpung didunia Trading Forex.